Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Rabu, 02 November 2011

Pendekatan Humanistik Carl R. Rogers Dalam Konseling


PENDEKATAN HUMANISTIK CARL R. ROGERS
DALAM KONSELING


            Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Carl Rogers. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333).
Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia / individu. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

A.     CARL ROGERS : TEORI HUMANISTIK
a.      Aktualisasi Diri
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman-pengalaman terapeutiknya.
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada pengalaman–pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.

b.      Perkembangan Kepribadian
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1.      Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2.      Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.

Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.

Contoh:                         
Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia seringkali sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restoran. Ketika teman makan malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, maka dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan.

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
§  Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya (unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
§  Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.

Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.

B.     KONSEP-KONSEP UTAMA
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
a.      Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
1.      Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.      Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
3.      Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
b.      Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience)
Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
c.       Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai bermacam-macam sifat:
1.      Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
2.      Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
3.      Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan).
4.      Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
5.      Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
6.      Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.

                            
                                           
     Berkenaan dengan epistemologinya, teori-teori humanistik dikembangkan lebih berdasarkan pada metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan pada pengalaman hidup manusia secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000).
     Menurut Ahmad Sudrajat, konsep dasar pendekatan Humanistik terdiri dari tiga aspek yaitu :
1.      Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dn yang tidak ia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
2.      Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri.
3.      Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self expression.

     Sebagai suatu paradigma, psikologi humanistik mempunyai ciri-ciri tertentu. Empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik sebagai berikut : (Misiak dan Sexton, 2005). Memusatkan perhatian pada person yang mengalami dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena dalam mempelajari manusia. Menekankan pada kualita-kualitas yang khas manusia, seperti memilih, kreatifitas, menilai, dan realisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistik dan reduksionistik. Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan serta menentang penekanan yang berlebihan pada objektivitas yang mengorbankan signifikansi. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu. Memang individu sebagimana dia menemukan dirinya sendiri serta dalam hubungannya dengan individu-individu lain dan dengan kelompok-kelompk sosial.
     Sedangkan Charlotte Buhler (pemimpin internasional dan juru bicara senior psikologi humanistik) menekankan ciri-ciri psikologi humanistik berikut ini sebagai hal-hal yang mendasar, yaitu ; (dalam Misiak dan Sexton, 2005). Mencoba menemukan jalan ke arah studi dan pemahaman individu sebagai keseluruhan.

C.     PANDANGAN TENTANG HAKEKAT MANUSIA
Pendekatan humanistik sangat menghargai individu sebagai organisme yang potensial. Setiap orang memiliki potensi berkembang mencapai aktualisasi diri.
Rogers mengemukakan 19 rumusan hakekat pribadi (self) sebagai berikut :
1)      Organisme berada dalam dunia pengalaman yang terus menerus berubah, dimana dia menjadi titik pusatnya,
2)      Organisme menanggapi dunia sesuai dengan persepsinya.
3)      Organisme mempunyai kecenderungan pokok yakni keinginan unutk mengaktualisasi diri, memelihara, meningkatkan diri (self actualization-maintain-enhance).
4)      Organisme mereaksi medan fenomena secara total.
5)      Pada dasarnya tingkah laku merupakan usaha yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan mengaktualisasi diri-mempertahankan-memperluas diri, dalam medan fenomenanya.
6)      Emosi akan menyertai tingkah laku yang berarah tujuan, sehingga intensitas (kekuatan) emosi tergantung kepada pengamatan subyektif seberapa penting tingkah laku itu dalam rangka aktualisasi diri-memelihara-mengembangkan diri.
7)      Jalan terbaik untuk memahami tingkah laku seseorang adlah dengan memakai kerangka pandangan orang itu sendiri melalui (internal frame of reference); yakni persepsi , sikap dan perasaan yang dinyatakan dalam suasana yang bebas atau suasana terapi berpusat pada klien. Misalnya dalam hal ini tentang laporan diri seseorang (portofolio, riwayat hidup, dll)
8)      Sebagian medan fenomeda secra berangsur akan mengalami deferensiasi, sebagai proses terbentuknya self. Self adalah kesadaran akan keberadaan dan fungsi diri, yang diperoleh melalui pengalaman dimana diri (I atau me) terlibat didalamnya baik sebagai subjek maupun obyek.
9)      Struktur self terbentuk sebagai hasil interaksi organisme dengan medan fenomena, terutama interaksi evaluatif dengan orang lain. Struktur Self adalah suatu pengamatan yang bersifat uth, teratur, mudah bergerak (fluid) dan konsisten dengan gambaran I dan me dan nilai-nilai lingkungan.
10)  Apa bila terjadi konflik antara nilai-nilai yang sudah dimiliki dengan nilai-nilai baru, organisme akan meredakan konflik itu dengan (1) merefisi gambaran dirinya, serta mengaburkan (distortion) yang semula ada pada dirinya, atau dengan mendistorsi nilai-nilai baru yang akan diintrojeksi/diasimilasi.
11)  Pengalaman-pengalaman yang terjadi pada diri seseorang akan diproses oleh kesadaran dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda, sebagai berikut:
Disimbulkan (symbolized) diamati dan disusun dalam hubungannya dengan self,
Dikaburkan (distorted) tidak ada hubungannya dengan struktur self.
Diingkari atau diabaikan (denied atau ignore) Diingkari karena tidak konsisten dengan struktur dirinya dan diabaikan karena kesadaran tidak memperhatikan itu.
12)  Umumnya tingkah lku konsisten dengan konsep self. Kalau premis ini benar, maka cara untuk merubah tingkah laku adalah adalah mengubah konsep self, sebagaimana dilakukan Rogers dalam terapinya.
13)  Tingkah laku yang didorongkan oleh kebutuhan organis yang tidak dilambangkan, bisa tidak konsisten dengan self. Tingkah laku semacam itu biasanya dilakukan untuk memelihara gambaran diri (self image) dan tidak diakui sebagai milik atau bagian dari dirinya.
14)  Salahsuai psikologis ( Psychological maladjusment) akibat adanya tension, terjadi apabila organisme menolak menyadari pengalaman sensorik yang tidak dapat disimbulkan dan disusun dalam kasatuan struktur-selfnya.
15)  Penyesuaian psikologis (psychological adjusment) terjadi apabila organisme dapat menampung/mangtur semua pengalaman sensorik sedemikian rupa dalam hubungan yang harmonis dalam konsep diri.
16)  Setiap pengalaman yang tidak sesuai dangan struktur self akan diamati sebagai ancaman (threat). Semakin kuat/rigid struktur selfnya, semakin banyak pengalaman yang dianggap ancaman karena tidak sesuai dengannya, sehingga semakin kuat pula sikap mempertahankan diri dari ancaman. Self kemudian manciptakan pertahanan diri dengan menolak pengalaman masuk kekesadaran. Semakin sering ini dipakai, self manjadi tidak salingsuai (incongruence): kehilangan hubungan dengan pengalaman nyata. Pertentangan antara self dengan realita semakin meningkatkan ketegangan psikologik yang menimbulkan salahsuai.
17)  Dalam kondisi tertentu, khususnya dalam kondisi bebas dari ancaman terhadap struktur self (suasana terapi berpusat pada klien),
18)  Apabila organisme mengamati dan menerima semua pengalaman-sensorik ke dalam sistem yang integral dan konsisten, maka dia akan mengerti dan menerima orang lain sebagai individu yang berbeda.
19)  Semakin banyak individu mengamati dan menerima pengalaman sensorik ke dalam struktur selfnya, kemungkinan terjadi itrijeksi/revisi nilai-nilai semakin benar.

Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan indvidu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonom, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang lima dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu ;
1.      Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen
2.      Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya
3.      Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain
4.      Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya
5.      Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.
                          
·           Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang potens-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses berfikirnya sendiri dan kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia menyebutkan pula bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang perasaan-perasaannya dan juga memiliki kesadaran akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya, manusia dapat berusaha menjadi lebih baik.
Maslow menyimpulkan bahwa hakikat manusia yang ssejati hanya bisa dilihat pada pribadi pengaktualisasikan diri dan bahwa “tidak ada alasan instrinsik kenapa setiap orang tidak menjadi demikian, yang jelas setiap bayi memiliki kemungkinan untuk mengaktualisasikan diri, namun sebagian besar komponennya dicabut dari mereka”(lowry,1973, hal 91). Dengan kata lain, pribadi pengaktualisasian diri bukanlah pribadi umum yang ditambahi sesuatu, melainkan pribadi umum yang unsurunsur kediriannya tidak dicabut. Artinya jika makanan, rasa aman, rasa dicintai, dan dihargai tidak di ambil dari mereka, maka pribadi-pribadi ini akan bergerak secara alamiah menuju aktualisasi diri.
Maslow umumnya merasa optimis dan yakin kepada manusia, namun dia mengakui kalau mereka sanggup melakukan kejahatan dan kerusakan besar. Kejahatan sendiri berasal dari terhambatnya kebutuhan dasar bukannya dari sikap esensial. Saat kebutuhan dasar tidak terpenuhi, orang dapat mencuri, menipu, berdusta dan membunuh.
·           Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk dapat diaplikasikan dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada hubungan emosional antara guru dengan siswa.
Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers meyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau pemberian bantuan kepada klien.
Selain memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik ini.
Rogers yakin bahwa manusia memiliki sejumlah pilihan bebas dan kapasitas dalam tingkatan tertentu untuk mengarahkan dirinya sendiri. Meskipun mengakui bahwa sejumlah perilaku manusia memang terkontrol, dapat diprediksi, dan sesuai dengan kaidah tertentu, namun Rogers juga berpendapat bahwa nilai-nilai dan pilihan-pilihan terpenting manusia berada dalam jangkauan control pribadi.
Rogers mengakui kemampuan manusia melakukan kejahatan besar, dia percaya bahwa manusia pada esensinya dapat bergerak maju dan bahwa dalam kondisi yang tepat mereka akan tumbuh menuju aktualisasi diri.
Manusia pada dasarnya dapat dipercaya, berjiwa social dan konstruktif. Umumnya mereka tahu apa yang terbaik bagi dirinya dan akan berjuang keras menuju penyempurnaan yang akan membuat mereka dihargai dan dipahami oleh individu sehat lainnya.
Rogers lebih banyak menekankan perbedaan individu dan keunikannua ketimbang kemiripan-kemiripannya. Jika tanaman memiliki potensi untuk tumbuh, manusia bahkan memiliki keunikan dan individualitas yang lebih tinggi lagi. Dalam lingkungan yang mendukung, manusia dapat tumbuh dengan caranya sendiri, menuju proses untuk menjado berfungsi lebih penuh.

D.     TERAPI ROGERS
Rogers memiliki pengaruh besar dalam praktek psikotrapi. Dalam terapi Rogers, terapis cendrung bersifat sportif dan tidak mengarahakan. Terapis beremapti terhadap klien dan memberikan penghargaan yang tulus. Selama berkecimpung di bidang konseling anak dan psikologi klinis, rogers menyadari bahwa klienlah yang paling memahami letak permasalahan dan aarah terapi seharusnya berlangsung. Rogers juga memadang orang sebagai sebuah proses perubahan sekumpulan potensi.
Rogers juga berpendapat bahwa ada dua kondisi utama yang diperlukan agar tercipta perubahan kepribadian dalam psikotrapis :
Pertama, terapis harus bias memperlihatkan perhatian yang tulus terhadap klien.
Kedua, terapis memiliki pemahaman yang empatis dalam arti terapis harus bisa merasakan ketegangan dan perasaan yang dirasaankan kliennya.
Yang menarik dari metode Rogers ialah selain teknik dan prosedurnya itu sendiri ada juga keberanian Rogers untuk merekam proses wawancara dalam psikotrapinya untuk kemudian membahasnya bersama teman-teman sejawatnya atau mahasiswanya. Di masa lalu keterbukaan semacam ini masih langka dan langkah-langkah Rogers dianggap sebagai printis untuk kemajuan pengembangan metode psikotrapi.7
Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang dikemukakan dan dikembangkannya ini menjadi popular karena:
1.              Secara historis lebih terikat kepada psikologi dari pada kedokteran
2.              Mudah dipelajari
3.              Untuk mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan mengenai diagnosis dan dinamika kepribadian
4.              Lamanya perawatan lebih singkat jika dibandingkan misalnya dengan terapi secara psikoanalistis.

E.     APLIKASI METODE PSIKOTRAPI ROGERS DALAM KONSELING
Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang dikemukakan dan dikembangkannya. Dasar dari teknik terapinya tersebut Rogers menilai bahawa Manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya dan menciptakan  kesehatan dan menyesuaikannya.
Dengan demikian, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan pengertiannya dan rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor diharapkan bersifat dan bersikap:
a.      Menerima (Acceptance)Sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat dan mengembangkan diri apa adanya.
b.      Kehangatan (Warmth)Ditujukan   agar  klien   merasa  aman   dan memiliki penilaian yang lebih positif tentang dirinya.
c.       Tampil apa  adanya (Genuine)Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien memiliki sikap positif.
d.      Empati (Emphaty)Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame  of reference),  klien   akan memberikan manfaat besar dalam memahami diri dan problematikanya.
e.       Penerimaan tanpa  syarat (Unconditional positive  regard)Sikap penghargaan tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien, betapapun  negatif perilaku atau sifat klien, yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
f.        Transparansi (Transparancy)Penampilan  terapis  yang transparan atau tanpa topeng pada   saat  terapi   berlangsung    maupun  dalam kehidupan keseharian merupakan   hal yang penting  bagi klien untuk mempercayai dan menimbulkan rasa aman terhadap segala sesuatu yang diutarakan.
g.      Kongruensi (Congruence)Konselor   dan  klien  berada pada hubungan yang sejajar dalam   relasi  terapeutik  yang   sehat. Terapis  bukanlah  orang  yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari kliennya.
                                     
Dengan demikian, akan dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam proses terapi antara lain :
1.      Klien akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang kehidupan, dan problem yang dihadapi.
2.      Klien akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna perasaannya.
3.      Klien mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman mereka.
4.      Klien sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.
5.      Klien mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.
6.      Ketika terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadi congruence.
7.      Mereka mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang dibentuk oleh unconditional positive regard.
8.      Mereka akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mampu berelasi sosial dengan baik.
9.      Mereka menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.

Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia / individu. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka

           

DAFTAR PUSTAKA
 

Alwisol. (2005) Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah Malang.
Boeree, CG. (1997) .Personality Theories :Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. (Alih bahasa : Inyiak Ridwan Muzir). Yogyakarta : Primasophie.
Amira Diniati (2009), teori-teori konseling, Pekanbaru : Daulat Riau
Howad S. Friedman dan Miriam W. Schustarck (2006) ; Keperibadian ; jilid 1
Howad S. Friedman dan Miriam W. Schustarck (2006) ; Keperibadian ; jilid 2
Prof. Dr. W Sarwono (2000) ; Aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi
















0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment