Select Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
use your language

Jumat, 26 November 2010

Psikology Perkembangan (Psikososial pada Masa Dewasa Awal)

Perkembangan Psikososial pada Masa Dewasa Awal


A.    Perkembangan kepribadian : Empat pandangan
Empat pendekatan perkembangan psikososial orang dewasa diwakili oleh model
tahapan normatif, model penentuan waktu peristiwa (timing of event), model perangai (trait model), dan model tipologikal.

1.      Model tahapan normatif
Model tahapan Normatif,  memotret urutan umum perkembangan berkaitan dengan usia yang terus berlangsung sepanjang hidup, sebanyak yang terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja. Erik erikson percaya bahwa kepribadian terus berubah sepanjang hidup. Pada riset yang dilakukannya pada seorang pria, ia menyatakan bahwa semua orang mengikuti rangkaian dasar perubahan terkait usia dan emosional yang sama.
Dalam tahapan keenam perkembangan psikososial erikson yaitu intimasi versus isolasi ia menyatakan dimana orang dewasa awal membuat komitmen dengan orang lain atau menghadapi kemungkinan rasa terisolasi dan keterpakuan pada kegiatan dan pikiran sendiri.
Model normatif ini dilanjutkan oleh Vaillant dan Levinson. Mereka mengidentifikasi empat pola karakteristik, mekanisme adaptif, yaitu : (1) mature (matang),  (2) immature (belum dewasa),  (3) psychotic dan (4) neurotic

2.      Model Timing of event
Model timing of event,  menganggap keterkaitan perubahan tersebut kepada
usia sama banyaknya dengan ketertarikannya kepada perwujudan dan penentuan waktu perisriwa penting dalam hidup baik disengaja maupun tidak.
Bernice Neugarten berpendapat bahwa rangkaian perkembangan tersebut tergantung kapan peristiwa tertentu terjadi dalam kehidupan seseorang.
3.      Model Trait : Lima factor Costa dan McCrae
Model trait,  focus kepada sifat atau atribut mental, emosional, temperamental, dan perilaku, seperti tampak riang dan lekas marah.
Ketimbang memperhatikan rangkaian kehidupan umum, model trait (trait model) memerhatikan stabilitas atau perubahan dalam sifat kepribadian. Factor yang tampaknya mendasari lima kelompok yang saling berhubungan (dikenal dengan “lima Besar”). Kelima kelompok tersebut adalah : (1) Neuroticism, (2) extraversion, (3) openness to experience, (4) conscientiousness, dan (5) agreeblenees.
Neuroticism (neurosisme) adalah kumpulan enam sifat negative yang mengidentifikasikan ketidak stabilan emosional : kepanikan, sikap bermusuhan, depresi, kesadaran diri, impulsive, dan rapuh.
Orang-orang yang open to experience (terbuka terhadap pengalaman) ingin mencoba hal-hal baru dan penuh berisi ide-ide baru. Mereka memiliki imajinasi yang jernih dan perasaan yang kuat. Mereka menghargai keindahan dan seni serta mampartanyakan nilai tradisional.
Kepribadian lebih dari sekedar koleksi sifat. Model yang hanya melihat perbedaan individual dalam pengelompokan sifat adalah model yang terbataskarena model tersebut tidak menawarkan kerangka teoretis untuk memahami bagimana kepribadian bekerja dalam diri seseorang.
4.      Model Tipologis
Model tipologi,  mengidentifikasikan tipe atau gaya kepribadian yang lebih luas, yang mempresentasikan sifat kepribadian yang terorganisir dalam diri individu.
Block (1971) merupakan pelopor pendekatan tipologis. Pendekatn ini memandang kepribadian sebagai pelaksanaan fungsi yang mempengaruhi dan yang merefleksikan sikap, nilai, perilaku, dan interaksi social. Menggunakan berbagai teknik termasuk wawancara, penilaian klinis, Q-sort, pemeringkatan perilaku dan pelaporan mandiri, para periset yang bekerja secara independen berhasil mengidentifikasikan beberapa tipe kepribadian dasar. Tiap tipe yang telah muncul dalam sejumlah studi adalah ego-resilent, over controlled dan undercontrolled. Dalam tiga tipe tersebut orang-orang dibedakan menurut ego-resiliency atau kemampuan beradaptasi dibawah stress, dan ego-control, atau control diri. Orang-orang ego-resilient dapat menyesuiakan diri dengan baik, percaya diri, independent, panadai berbicara, atentif, membantu, kooperatif, dan berfokus pada tugas.
            Anak-anak undercontrolled bisa menjadi lebih baik pada masa dewasa awal jika mereka dapat menemukan celah yang memandang energy dan spontanitas mereka sebagai nilai plus bukan minus. Walaupun sifat atau tipe kepribadian yang terbentuk pada masa anak-anak dapat memprediksikan lintasan atau pola jangka panjang perilaku, beberapa peristiwa tertentu dapat mengubah alur kehidupan tersebut. Bagi sebagian anak muda, wajib militer menawarkan periode”time out” dan peluang untuk mengarahkan kembali kehidupan mereka. Bagi orang muda denagn masalah penyesuaian diri, menikahi pasangan yang suportif dapat menjadi titik balik, membawa hasil yang lebih positif
 Pendekatan terintegrasi terhadap perkembangan kepribadian

B.     Dasar-dasar hubungan yang Intim
Biasanya masa dewasa awal adalah masa perubahan yang dramatis dalam relasi personal ketika orang-orang membentuk, menegosiasikan kembali, atau mempererat ikatan yang didasarkan pada pertemanan, cinta, dan seksualitas. Ketika seorang dewasa awal memasuki dunia kuliah atau kerja, mereka harus menyelesaikan negosiasi akan otonomi yang dimulai pada masa remaja dan mendefinisikan hubungan dengan ornag tua mereka.
            Keintiman juga mencakup rasa memiliki (sense of belonging). Kebutuhan untuk membentuk hubungan yang kuat, stabil, dekat, dan saling peduli merupakan motivator terkuat perilaku manusia. Emosi yang paling kuat dibangkitkan oleh rasa kasih saying. Orang-orang cenderung kebih sehat baik secara fisik atau mental, dan hidup lebih lama, jika mereka memiliki hubungan dekat yang memuaskan.
1.      Pertemanan
Pertemanan pada masa dewasa awal cenderung berpusat pada pekerjaan dan aktivitas parenting serta berbagai kepercayaan diri dan masukan. Pertemanan memiliki kualitas dan karakter yang beragam. Sebagian sangat intim dan suportif, sedangkan yang lain ditandai dengan konflik yang kerap terjadi. Seorang dewasa awal yang masih melajang amat bergntung kepada pertemanan untuk memenuhi kebutuhan social mereka dibandingkan orang dewasa awal yang telah menikah atau yang telah menjadi irang tua. Wanita muda cenderung memiliki kebutuhan social yang dipenuhi oleh teman mereka ketimbang pria muda. Biasanya wanita memiliki lebih banyak pertemanan intim ketimbang pria dan menemukan pertemanan dengan wanita lain jauh lebih memuaskan ketimbang dengan pria. Pria lebih cenderung berbagi informasi dan aktivitas, tapi tidak berbagi kepercayaan, dengan teman.
2.      Cinta
Sebagian besar orang menyukai kisah cinta, termasuk kisah cinta mereka sendiri. Membayangkan cinta sebagai cerita dapat membantu kita melihat bagaimana orang memilih dan memadukan elemen “plot”. Menurut teori cinta triangular Stenberg, ketiga elemen cinta tersebut adalah intimasi, hasrat dan komitmen. Intimasi, elemen emosional mencakup pengungkapan diri, yang akan mengarah kepada keterhubungan, kehangatan dan kepercayaan. Hasrat, elemen motivasional, didasarakan kepada dorongan batin yang menerjemahkan gejolk fisiologis kedalam hasrat seksual. Komitmen, elemen kognitif, adalah keputusan untuk mencintai dan untuk terus dicintai.




0 komentar:

Posting Komentar

Facebook comment